01 Jan 1970

Binatang liar dan beragam jenis pohon besar tumbuh di kawasan konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi (TBMK). Wilayah tersebut beririsan dengan tiga wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, dan Kabupaten Bandung.
Salah satu Tim TBMK yang juga anggota Wanadri, Darmanto menjelaskan Gunung Masigit Kareumbi menjadi satu-satunya yang memiliki kawasan konservasi taman buru di Jawa Barat atau salah satu dari belasan taman buru yang ada di Indonesia.

"Di Indonesia saat ini kalau tidak salah hanya ada 11 taman buru, salah satunya ada di Jawa Barat, yaitu kawasan konservasi taman buru Masigit Kareumbi," ungkap Darmanto saat dihubungi detikJabar belum lama ini.


Darmanto menyebut, luas total kawasan Konservasi TBMK ada 12.420,7 hektare. Kawasan itu dibawah pengelolaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Jawa Barat yang dikerjasamakan dengan Wanadri selama 5 tahun secara berkala.

"Sekarang sudah memasuki tahun ketiga, jadi sudah hampir selama 15 tahun kerjasama ini," tutur Darmanto.

Dalam kerjasamanya, Wanadri memiliki sejumlah program. Di antaranya, pemberdayaan masyarakat, pengembangbiakan atau penangkaran rusa, pendidikan dan pelatihan serta pengembangan konservasi lainnya.

"Kita juga ada pengembangan konservasi dengan merangkul berbagai perguruan tinggi seperti ITB, Unpad dan perguruan tinggi lainnya," paparnya.

Terkait tempat penangkaran rusa, kata Darmanto, di sana dikembangbiakan jenis rusa timor atau rusa timorensis. Tempat penangkaran itu dikelilingi pagar seluas 45-48 hektar.

"Di dalam sana terdapat sekitar 47 rusa," ujarnya.
Dengan adanya penangkaran rusa, keberadaan macan tutul pun telah beberapa kali terdeteksi. Seperti yang tertangkap oleh kamera pemantau yang sengaja di pasang di sekitar lokasi penangkaran.

"Alhamdulillah dilihat dari kamera trap yang kami pasang, ternyata masih ada macan tutul dan macan kumbang yang masuk ke kawasan penangkaran rusa dan memakan beberapa rusa," paparnya.

Menurutnya, keberadaan macan tutul cukup penting sebagai salah satu indikator tentang kondisi ekosistem di Gunung Masigit Kareumbi.

"Adanya macan tutul ini menunjukan bahwa ekosistem atau rantai makanan di Kareumbi masih cukup baik," ujarnya.

Ia menyebut, binatang liar yang hidup di Gunung Masigit Kareumbi diantaranya, macan tutul, elang, babi hutan, landak, berang-berang, beragam jenis ular dan binatang liar lainnya yang terlewat untuk disebut.

"Sementara untuk pohon-pohon besar yang tumbuh disana diantaranya ada pohon puspa, pohon rancamala, pohon caringin dan pohon besar lainnya," terangnya.

Wanadri sendiri sejauh ini telah melakukan program penanaman pohon secara intensif dan bergaransi. Artinya, penanaman itu tidak hanya asal tanam namun ada pengembangan bibit serta pemantauan yang berkelanjutan.

"Kita melakukan pembibitan kemudian, pohon yang kita tanam itu kita kasih garansi selama 3 tahun, jadi kalau ada yang rusak atau gagal tumbuh kita ganti lagi," paparnya.

Dalam merawat dan menjaga kawasan tersebut, Wanadri selama ini bergerak secara sosial. Bahkan sangat minim akan dukungan dari pemerintah setempat.

"Selama ini Wanadri bergerak secara sosial dan juga selama ini belum ada dukungan dari pemerintah setempat," ungkapnya.

Ia berharap kawasan konservasi TBMK dapat dijaga secara bersama akan kelestariannya. Hal itu sebagaimana diatur dalam undang-undang terkait larangan-larangan yang harus dipatuhi dalam menjaga kawasan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

"Kita akan terus melakukan edukasi kepada semua masyarakat terkait betapa pentingnya menjaga kawasan konservasi hutan ini sebagaimana diatur dalam undang-undang," paparnya.